Di tengah derasnya arus regulasi dan sistem pengawasan, masih saja celah-celah korupsi mengintai pengelolaan keuangan negara. Di sinilah peran satuan pengawasan internal (SPI) menjadi krusial, bukan sekadar sebagai mata dan telinga lembaga, tetapi sebagai penjaga integritas. UIN Sastro Karno Yuwono Yogyakarta menyadari hal tersebut dengan baik, dengan menggelar Kegiatan Peningkatan Kompetensi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Kamis (22/5/2025), kampus ini menjadi rumah bagi para pengawal akuntabilitas dari seluruh penjuru Indonesia.
Di Teatrikal lantai empat Gedung Kuliah Terpadu Ratusan perwakilan SPI dari Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN) memenuhi ruangan, sebuah upaya nyata memperkuat pertahanan integritas di level akar rumput birokrasi.
Dalam kesempatan tersebut, Rektor UIN Sastro Karno Yuwono, Prof. Noorhaidi Hasan sebagai keynote speech menyampaikan sebuah refleksi tajam yang menggambarkan realitas korupsi di Indonesia. Meskipun regulasi dan sistem pengawasan telah dirancang sedemikian rupa, ia menilai bahwa praktik korupsi masih saja terjadi. “Pemerintah kita telah berupaya dengan segala cara mengeluarkan berbagai macam regulasi, aturan, dan sistem untuk menutup ruang korupsi. Tapi sampai hari ini, kita masih terus mendengar kasus korupsi, dari skala besar sampai kecil, di berbagai level di seluruh Indonesia,” tuturnya.
Bagi Prof. Noorhaidi, sistem hanya akan efektif jika diiringi dengan budaya, budaya transparansi, budaya akuntabilitas, dan yang terpenting budaya integritas. Ia mengingat kembali pengalamannya saat mengikuti pelatihan antikorupsi bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dimana para peserta diajak untuk menyelami strategi mitigasi korupsi, bahkan diminta menyusun asesmen risiko penyimpangan keuangan negara.
Lebih lanjut, figur yang juga menempuh studi master dan doktor di Belanda tersebut, membandingkan dengan negara-negara lain yang menerapkan sistem pengelolaan keuangan berbasis kepercayaan (trust-based system), dimana pengelolaan dievaluasi secara berkala. Sementara Di Indonesia, katanya, meskipun pendekatannya berbasis regulasi yang ketat, korupsi tetap tumbuh subur, dan hal ini menjadi tantangan besar bagi SPI.
Tak hanya berhenti pada kritik, ia menyampaikan harapan optimistis, bahwa jika seluruh PTKN bersatu dalam semangat antikorupsi, maka perubahan besar bisa dimulai dari lembaga pendidikan. “Kalau PTKN semuanya bebas dari korupsi, kita bahagia. Kita bisa memberikan sumbangsih nyata terhadap perubahan Indonesia menuju negara yang adil, sejahtera, dan bebas dari korupsi.” Pungkasnya.
Kegiatan ini makin istimewa dengan kehadiran dua figur penting di dunia pengawasan internal: Khairunas, M.H., Inspektur dari Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI, dan Dr. Ahmad Yunus, M.Pd.I., Kepala SPI UIN Sayyid Rahmatullah Tulungagung sekaligus Ketua Forum SPI se-PTKIN.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Dr. Abdur Rozaki, M.Si., yang turut hadir dan sekaligus sebagai welcoming speach menyambut para tamu undangan dalam kegiatan tersebut, menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya peran pengawasan dalam tata kelola lembaga pendidikan tinggi. Ia menegaskan bahwa setiap pelaksanaan tugas, sekecil apapun itu, harus selalu disertai dengan kontrol dan pengawasan yang memadai. Menurutnya, keberadaan sistem pengawasan internal bukan semata-mata untuk menemukan kesalahan atau mencari celah kekurangan, tetapi justru sebagai alat bantu strategis untuk meningkatkan efektivitas kerja, mendorong efisiensi, dan memastikan bahwa setiap kebijakan dijalankan sesuai dengan prinsip good governance.
Adapun Syaifillahi Maslul, Sekretaris SPI UIN Sastro Karno Yuwono mewakili panitia penyelenggara, menjelaskan bahwa SPIP merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pengelolaan keuangan yang akuntabel. Ia menekankan bahwa kegiatan ini bukan hanya rutinitas seremonial, melainkan investasi jangka panjang demi perbaikan sistem dan kualitas tata kelola keuangan di lembaga masing-masing.
“SPIP adalah upaya untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan kinerja. Semoga dari pelatihan ini kita bisa pulang membawa bekal berharga untuk mendorong lembaga kita menjadi lebih bersih dan berintegritas,” ujarnya.
Agenda kegiatan hari itu begitu padat namun kaya makna. Mulai dari pemaparan kebijakan SPIP oleh Inspektorat Jenderal Kemenag, penilaian maturitas SPIP oleh BPKP, hingga sesi Best Practice yang dibawakan langsung Ketua Forum SPIP PTKN. Para peserta juga mengikuti FGD dan sharing session mengenai penyelenggaraan SPIP terintegrasi.
Kegiatan ini bukan sekadar pertemuan tahunan. Ia adalah bentuk perlawanan kolektif terhadap laku koruptif. Dari kampus-kampus keagamaan negeri, suara perbaikan digemakan. Dari ruangan Teatrikal UIN Sastro Karno Yuwono, semangat membangun budaya integritas disulut.
Jika kampus adalah benteng moral bangsa, maka SPI adalah penjaganya. Dan hari itu, para penjaga itu saling menguatkan agar Indonesia melangkah ke masa depan yang lebih bersih, adil, dan sejahtera.(humassk)